Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus demografi pada 2030 hingga 2040 mendatang. Secara umum belum terjadinya link and match antara sistem pendidikan dan dunia kerja. Apa peran Gerakan Nasional Indonesia Kompeten?

Sejak Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK) didirikan pada 2018, forum ini memang telah ’diniatkan’ untuk membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia. GNIK pun telah mengajak para pemangku kepentingan utama untuk terlibat dan mendukung sepenuhnya cita-cita, misi, dan program GNIK itu (Ruky, A. S., Kompeten & Profesional, 2022).   

Ketua Komite Penasihat GNIK Pusat Dr. Achmad S. Ruky mengatakan mereka yang terlibat dan mendukung antara lain para praktisi di bidang manajemen SDM (MSDM), dunia usaha dan industri, perguruan tinggi serta kementerian yang memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas SDM (Kompas, 2023).

Kementerian yang terlibat itu antara lain Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi (PAN-RB).

Lalu, mengapa GNIK merasa SDM Indonesia perlu menguasai semua elemen kompetensi dalam bidang profesi? Jawabannya, karena Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus demografi pada 2030 hingga 2040 mendatang. Di mana pada 2045, Indonesia akan merayakan hari jadinya yang ke 100 tahun atau Indonesia Emas!

Lantas, apa itu bonus demografi? Bonus demografi yang dimaksud adalah proporsi jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia nonproduktif (65 tahun ke atas) atau dengan proporsi lebih 60% dari total jumlah penduduk Indonesia.

Itu pula sebabnya pengembangan kompetensi mutlak diperlukan mengingat pelbagai perkembangan dan perubahan yang pesat telat terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini akibat perkembangan kemajuan teknologi komunikasi dan Internet yang bermuara pada lahirnya era artificial intelligence.

Kita memiliki sumber daya manusia yang berpotensi dan berprestasi gemilang di tanah air, tinggal kita harus rela dan mau berkolaborasi baik pemerintah maupun non pemerintah merancang dan mengeksekusi program intervensi yang efektif dalam mencetak SDM terampil dan siap masuk ke dunia usaha dan dunia industri termasuk sektor digital dengan pemanfaatan AI yang semakin maju dan mendominiasi di masa mendatang. –  Dr. Achmad S. Ruky

Secara umum belum terjadinya link and match antara sistem pendidikan dan dunia kerja juga merupakan tantangan yang harus segera dijawab, agar bonus demografi penduduk usia produktif dapat secara signifikan menggerakkan perekonomian. Padahal, pendidikan merupakan gerbang pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), dan perilaku (attitude) sebelum masuk ke dunia kerja.

Masih rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum mampu merespons perkembangan kebutuhan pasar kerja menjadi salah satu penyebab produktivitas dan daya saing Indonesia masih tertinggal. Hal itu tertangkap dari Hasil survei IMD World Digital Competitiveness Ranking pada 2021, menempatkan Indonesia pada peringkat 37 dunia dari total 64 negara.

Di sisi lain, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berjanji untuk mengambil langkah-langkah mendesak guna mengatasi tingkat kelahiran yang menurun di negara itu. Penurunan populasi di Jepang menyumbang konsekuensi di beberapa bidang seperti sosial, ekonomi, ketersediaan tenaga kerja, dan kesehatan (Channel News Asia, 2023).

Indonesia tentu bisa memanfaatkan peluang ini untuk mengirimkan SDM-nya yang kompeten untuk mengisi kekosongan SDM di Jepang, misalnya, atau negara lain yang minus SDM-nya. Pada gilirannya, penempatan-penempatan SDM Indonesia yang kompeten dan mumpuni ke mancanegara itu bisa menjadi solusi bagi bonus demografi di Tanah Air dan sekaligus memberikan pemasukan devisa bagi negeri ini.

H. A. Priyanto, Direktur Eksekutif MSI Research