Pada 4 November 1995, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin tewas ditembak selepas menghadiri unjuk rasa damai King’s Square, Tel Aviv, Israel. Ia tewas setelah menjalani operasi di Rumah Sakit Ichilov di Tel Aviv. Perdana Menteri berusia 73 tahun itu ditembak di tangan dan punggungnya tatkala tengah berjalan menuju mobilnya usai mengikuti unjuk rasa damai. Rabin ditembak Yigal Amir, 27 tahun, seorang mahasiswa hukum yang diketahui menjadi anggota kelompok sayap kanan Yahudi, Eyal. Amir pun langsung diringkus polisi. Dalam pengakuannya, Amir beralasan menembak Rabin karena peraih Nobel Perdamaian 1994 itu dituding hendak menyerahkan kedaulatan Israel kepada Arab.

Lahir di Yerusalem, Rabin mulanya seorang tentara. Dialah yang memimpin Perang Arab-Israel pada 1948 dan pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Israel selama Perang Enam Hari pada 1967. Usai pensiun dari militer Rabin menjadi Duta Besar Israel di Amerika Serikat. Selepas menjadi diplomat, Rabin bergabung ke dalam Partai Buruh dan menjadi Perdana Menteri pada 1974. Pada masa pemerintahannya ia menggagas negosiasi damai yang berakhir dengan Gencatan Senjata antara Israel dan Suriah pada 1974. Setahun kemudian, pada masanya pula ia mengakhiri kerjasama militer antara Israel dan Mesir. Pada 1977, Rabin mengundurkan diri dari jabatannya. Ia mundur akibat skandal perbankan. Ia dituding memiliki rekening di Amerika Serikat. Pada 1984-1990, Rabin kembali ke pemerintahan sebagai Menteri Pertahanan Israel.

Pada 1992, Rabin memimpin Partai Buruhdan kembali terpilih menjadi Perdana Menteri Israel. Pada 1993, Rabin menandatangani Deklarasi Israel Palestina yang bersejarah. Deklarasi itu ditandatangani Rabin dan Pemimpin Palestina Yasir Arafat. Setahun kemudian, 1974, kedua pemimpin bersepakat membuat kesepakatan resmi perdamaian antara Israel dan Palestina. Akibatnya Rabi, Arafat, dan Menteri Luar Negeri Israel Shimon Peres diganjar Hadiah Nobel Perdamaian. Setahun kemudian Rabin tewas dibunuh dan Peres menggantikan posisinya sebagai perdana menteri.